A Romantic Story About Serena (9 page)

BOOK: A Romantic Story About Serena
2.36Mb size Format: txt, pdf, ePub

"Eh?
Apa Suster?"

Suster
Ana tampak salah tingkah,

"Apakah
dia bertindak kasar semalam Serena?, maksudku itu kan pertama kalinya,
kebanyakan wanita akan merasa tidak nyaman, apalagi jika pasangannya bertindak
kasar",

Wajah
Serena langsung merah padam,

"Tidak,
Mr. Damian tidak kasar....
Oh
Tuhan!",
Serena menutup mukanya dengan kedua tangannya,"Aku malu
sekali suster, tiap kali aku memandang diriku di cermin aku merasa seperti
perempuan yang sangat tidak berharga"

Suster
Ana menepuk pundak Serena lembut, menenangkannya,

"Serena,
kita semua tahu alasanmu melakukan ini, aku sendiri dapat
mengerti  dan menerimanya, pengorbananmu demi Rafi sudah luar biasa
besarnya, aku yakin Tuhan pasti akan mengerti ", tiba-tiba wajahnya
berubah profesional, "Serena aku yakin, Mr. Damian ini akan
'mengunjungimu' secara berkala bukan? Mungkin pertanyaan ini mengganggumu, tapi
aku harus bertanya,apakah kemarin dia menggunakan pengaman?",

Serena
memandang Suster Ana dengan bodoh,

"Pengaman?"

Barulah
ketika Suster Ana menatapnya dengan intens dan penuh arti, Serena menangkap
maksudnya, wajahnya memerah lagi,

"Oh,
itu...", suara Serena hilang, "kemarin dia memakainya"

Suster
Ana berdehem,

"Baik,
kalau begitu dia lelaki yang cukup bertanggung jawab, bagaimana kondisi tubuhmu
sayang?",

"Eh,
aku baik-baik saja Suster"

"Kalau
begitu mari kita bicarakan tentang kontrasepsi, kau juga perlu membicarakan ini
dengan Mr. Damian "

******

Serena
meletakkan barang belanjaannya di meja dapur, tadi dia mampir sebentar ke
supermarket untuk membeli bahan makanan.

Kondisi
Rafi baik-baik saja dan cukup stabil, itu sudah membuatnya cukup tenang,
Operasi sudah dijadwalkan 1minggu lagi, Sekarang Serena hanya bisa berdoa dan
menyerahkan semuanya pada Tuhan,

Dengan
ragu, Serena memandang sekeliling apartemen, lalu menarik napas panjang, semua
ini terlalu mewah, terlalu berlebihan untuknya tinggal seorang diri di tempat
seluas dan semewah ini, tadi dia menyempatkan diri mengatur pakaiannya
yang  sedikit, sehingga hanya memerlukan waktu sebentar, setelah itu
dia sempat terdiam lama bingung mau berbuat apa, apalagi ditempat yang luas
begini, suasana terasa sangat lengang dan sendirian. Baru kemudian Serena
menyadari bahwa dia belum sempat sarapan sejak tadi pagi, jadi dia memutuskan
memasak makan malamnya.

Setelah
mengatur belanjaannya yang sedikit itu di dalam lemari es raksasa, sehingga
tampak menggelikan karena lemari itu terlihat kosong,

Serena
mengeluarkan beberapa butir telur, sedikit sosis dan sayuran, dikocoknya dengan
pelan sambil berdendang, lalu dituangnya adonan omelet sederhana ini ke wajan
mungil yang sudah diberi mentega.

Aroma
harum telur menyeruak ke seluruh dapur,

"Baunya
enak sekali"

Suara itu
terdengar begitu tiba-tiba, tak disangka dan sangat menegejutkan sehingga
Serena hampir menjatuhkan mangkuk bekas adonan telurnya,

Dengan
gugup dia menoleh ke pintu dapur, Damian bersandar di sana, mengenakan baju
santai dan tampaknya habis mandi,

"I,,,iya,
aku memasak makan malamku", jawabnya gugup lalu memusatkan perhatiannya
lagi ke telurnya.

Damian
melangkah dengan santai masuk ke dapur, tak mempedulikan kegugupan Serena, dia
berdiri dekat di belakang Serena, lalu menengok penggorengan,

"Apa
itu?", tanyanya tertarik melihat masakan Serena.

"Eh,
ini? Ini telur goreng kuberi campuran sosis dan sayuran", Serena berusaha
bertingkah wajar,

"Seperti
omelet?", kali ini Damian tampak benar-benar tertarik,

"Ya
seperti itu, tapi ini lebih sederhana. Serena menjawab sambil melirik ke
ekspresi Damian, baru sekarang Serena sadar, ternyata lelaki ini tertarik pada
hal-hal baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya.

"Buatkan
aku satu ya"

Serena
menoleh mendengar permintaan Damian,

"Memangnya
kamu mau?", tanyanya ragu.

Lelaki
itu mengangkat bahunya,

"Siapa
tahu? Lagipula aku lapar sekali, setelah menyelesaijan urusan rumah, aku langsung
kemari, kau kan masih penyesuaian diri disini, jadi aku ingin melihat
kondisimu"

Dasar
perayu ulung, Serena memaki dalam hati, orang seperti Damian tidak segan-segan
memanipulasi  pikiran perempuan agar mau melakukan apapun yang dia
inginkan, pura-pura mengkuatirkanku, huh!

Damian
masih berdiri di belakangnya, napasnya terasa hangat di ubun-ubunnya karena
Damian memang jauh lebih tinggi dibanding Serena, tiba-tiba saja, tangan lelaki
itu ,mencengkeram pundak Serena mendekatkannya ke belakang, kepalanya turun dan
bibirnya mengecup leher Serena dari samping dengan kecupan selembut bulu dan
panas, sehingga tubuh Serena bagaikan disetrum dari ujung kepala sampai ujung
kaki.

"Aku
menunggu di sofa ya, kita makan disana saja", gumam Damian pelan, lalu
melangkah pergi meninggalkan Serena di dapur, yang mencoba menetralkan nafasnya

******

Lelaki
itu makan seperti biasa, dengan elegan. Sedangkan Serena tidak bisa
berkonsentrasi pada makanannya, dia tidak bisa mengalihkan tatapannya dari
Damian.

Ternyata
Damian suka masakan biasa, dari penampilan dan gayanya, kelihatannya lelaki itu
hanya mau makan makanan tertentu dan yang pasti kelas atas, tak disangka dia
bisa duduk santai di sofa menikmati sepiring omelet sederhana.

"Kenapa?",
Damian tiba-tiba menatap tajam setelah suapan terakhirnya, dia merasakan
tatapan Serena selama dia makan,

Serena
langsung menundukkan kepalanya gugup,

"Eh....tidak,
tidak apa-apa"

Damian
tersenyum,

"Pasti
kau heran kenapa aku mau makanan rumahan kan?", 

Dia lalu
meletakkan piringnya,"Aku juga manusia Serena, kita tidak ada bedanya,
kadangkala penampilan seseorang membuat kita berpikir bahwa manusia yang satu
berbeda dengan yang lain",

 Damian
mengangkat bahunya, "kuakui memang aku menyukai makanan berkualitas dan
bercitarasa tinggi, tapi kadangkala, aku bosan, masakan sederhana buatan
sendiri terasa lebih nikmat", 

Dengan
santai lelaki itu berdiri lalu menuang kopi dari poci di atas meja minuman, dan
menyesapnya  ringan.

"Dan
suka minum kopi", 

Tanpa
sadar Serena mengomentari kebiasaan Damian, sejak kemarin, diamatinya Damian
selalu meminum kopi setiap ada kesempatan.

Lelaki
itu tertawa mendengar komentar Serena,

"Ya,
kopi berkualiatas juga", gumamnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Serena
menunduk, entah kenapa Damian yang santai dan ramah ini lebih membuatnya merasa
nyaman, dibandingkan Damian yang kaku dan dingin di kantor,

"Habiskan
makananmu, setelah itu kita pindah ke ruang baca, kau bisa membaca atau melihat
televisi, ada beberapa pekerjaan lagi yang musti kubereskan.

Serena
segera menyelesaikan  makannya dan mencuci piring sementara Damian
membuat secangkir kopi lagi, sekaligus secangkir teh untuk Serena,dan
membawanya ke ruang baca,

Dengan
enggan Serena menyusul ke ruang baca, Damian sedang duduk di sofa, menghadap
notebooknya dan tampak Serius, dia hanya melihat sekilas pada Serena,

"Duduklah,
minum tehmu", gumamnya, lalu kembali serius lagi menghadap notebooknya.

Serena
sebenarnya mengantuk, tapi dia tidak enak kalau harus masuk kamar duluan,
apalagi 

Apartemen
ini hanya mempunyai satu kamar yang luas, kamar lain hanya kecil dan
diperuntukkan sebagai kamar pembantu,  Serena tidak tahu, apakah
Damian akan menginap ataupun pulang, dia sama sekali tidak mengatakan
rencananya.

Serena
menghirup tehnya, lalu duduk di sofa di seberang Damian, dia mengambil sebuah
majalah dan membacanya sambil menenggelamkan tubuhnya di sofa.

Bacaan
itu menarik, dan keheningan itu membuatnya merasa nyaman, hingga lama-lama dia
tak bisa menahan kantuknya.

*******

Serena
merasa ada yang mengusap lembut rambutnya, lalu tubuhnya terangkat dan terasa
dipeluk hangat, dia merasakan tubuhnya terayun-ayun. Ketika dia membuka matanya
yang berat, dia menyadari Damian sedang menggendongnya ke kamar, lelaki itu tak
menyadari Serena membuka matanya, dengan langkah pelan dan hati-hati, dia
berjalan ke arah kamar,

Serena
langsung pura-pura memejamkan matanya lagi begitu Damian dengan lembut
membaringkan tubuhnya di ranjang dan menyelimutinya.

Setelah
itu tak ada gerakan, tetapi Serena masih belum berani membuka matanya, Apakah
Damian memutuskan pulang atau tinggal?

Lalu ada
gerakan di ranjang di belakangnya, ternyata lelaki itu menginap disini, Serena
menyadari dari selimut yang tersingkap dan gerakan tubuh lelaki itu menyelinap
di balik selimut,

Kemudian,
tubuh hangat Damian mendekat dan merengkuh Serena dari belakang, Pertama kali
Serena merasa tidak nyaman, tapi kemudian rasanya hangat ditengah kamar yang
dingin itu, dan dia terlelap.

******

Serena
terbangun dengan rasa haus yang amat sangat, biasanya sebelum tidur dia meminum
air putih, tapi tadi malam dia tidak melakukannya. 

Dengan
tak nyaman dia bergerak gerak gelisah,

"Ada
apa Serena?", sosok yang memeluknya dari belakang bertanya, suaranya
sangat segar, 

Tidakkah
dia tidur? Gumam Serena dalam hati,

"Haus",
akhirnya Serena bisa bersuara meskipun parau.

Damian
langsung bergerak turun dari ranjang dan menuang segelas air di meja minum,
lalu mengitari ranjang berdiri di samping sisi Serena terbaring, lelaki itu
tampak tinggi menjulang, hanya menggunakan celana piyama sutra hitam dan
telanjang dada,

"Duduk,
minum"

Dengan
pelan Serena duduk dan menerima gelas besar berisi air putih itu, masih
setengah minuman tersisa, Damian mengambil gelas itu,

"Apakah
kau sudah bangun?", Serena mengernyit karena suara Damian sekarang menjadi
parau.

Dengan
masih bingung dia menganggukkan kepalanya,

"Bagus",
Damian menenggak sisa air putih di gelas Serena sampai tandas lalu setengah
membantingnya di meja samping ranjang.

Kemudian
dengan gerakan tiba-tiba, dia mendorong Serena hingga terbaring di ranjang dan
menindihnya, napasnya terasa hangat di atas tubuh Serena, dan mata birunya
tampak berkabut dengan pupil yang mengecil sehingga tampak hitam, di
tengah-tengah mata birunya.   

Serena
agak terperanjat setengah membelalak memandang wajah Damian yang sangat dekat
di atasnya, napasnya terangah-engah penuh antisipasi, ketika kemudian Damian
mengecup bibirnya dengan sangat intim, semula hanya ciuman biasa, bibir dengan
bibir, itupun sudah membuat Serena panas dingin karena begitu ahlinya Damian

Menggerakkan
bibirnya, Setelah sebuah ciuman yang lama dan panas Damian mengangkat wajahnya
dan tersenyum,Serena bisa merasakannya karena bibir Damian hanya berjarak
beberapa inci dari bibirnya,

"Kau
tidak biasa berciuman ya?"

Serena
memalingkan mukanya dengan pipi memerah mendengar pertanyaan blak-blakan itu,
tapi Damian meraih dagunya dan menempelkan bibir mereka lagi,

"Tirulah
apa yang kulakukan padamu", bibir Damian bergerak di bibir Serena, dan
ketika Serena mengikutinya, Damian mengerang senang, "ya...ya bagus,
begitu....tidak,,,jangan gigit....bagus...bagus....buka mulutmu....ah
sayang.....", 

Damian
terus memberikan instruksi di sela sela ciumannya yang makin panas dan
bergairah, dan Serena menurutinya, lebih dikarenakan ingin tahu, ketika Damian
membuka mulutnya Serena mengikutinya,ketika lumatan Damian makin dalam dan
belaian lidahnya membelai Serena dengan ahli, Serena mengikutinya dengan
tersendat-sendat, meskipun sepertinya itu cukup memuaskan bagi Damian karena
lelaki itu mengerang lagi dan memperdalam ciumannya, ciuman dengan bibir
terbuka dan permainan lidah yang begitu panas dan seolah tidak akan berakhir,
Serena bahkan tidak pernah menyadari bahwa sebuah ciuman bisa dilakukan dengan
sedalam dan seintim itu!

Lama
kemudian Damian mengangkat kepalanya, hanya sedikit seolah olah ingin tetap
berdekatan dengan Serena, matanya tampak berkabut dan napasnya terasa
bergemuruh di dadanya,

"Itu
tadi yang namanya 
french 
kiss...",gumamnya lembut, lalu
tangannya mulai bergerak dengan ahli membuat Serena melengkungkan punggungnya
merasakan sengatan kenikmatan yang tidak diantisipasinya,

Tubuh
telanjang mereka berdua bergesekan. Dengan lembut Damian mengajari Serena
bagaimana cara menyentuhnya, bagaimana cara memuaskannya. Lelaki itu suka
disentuh dimana-mana, dia akan mengeluarkan erangan pendek tertahan ketika
Serena menyentuhnya.

Dan itu
mempesona Serena, seorang lelaki yang begitu dominan dan jantan seperti Damian,
mengerang nikmat di bawah sentuhannya. Dengan takut-takut Serena menyusuri
bagian dalam lengan Damian yang kekar, membuat napas Damian terengah,

Other books

Jex Malone by C.L. Gaber, V.C. Stanley
The Teratologist by Edward Lee
Theft of Life by Imogen Robertson
Fear to Tread by Michael Gilbert
Set the Dark on Fire by Jill Sorenson
Close to Perfect by Tina Donahue
Waves of Light by Naomi Kinsman